Sunday, April 07, 2013

Berani Kotor Itu Cerdas

Seru, lucu, sedih, tertawa, geregetan, terharu, dan entah perasaan apa lagi ketika membaca bukunya mbak Fira Basuki yang berjudul "Cerita di Balik Noda." Kisah-kisah inspiratif di dalamnya menggugah naluri dan membuka pikiran. Tentu saja, mempelajari hal -hal baru biasanya dimulai dari hal yang kotor.

Foto dari SINI

Berani kotor untuk menjelajah dunia baru? Saya suka kisah tentang "Bos Galak".  Terkadang diperlukan tindakan berani untuk menyentuh hati seseorang. Pastinya, berani untuk 'mengotori' suasana tegang menjadi enak, seenak kuenya. :)

Atau "Tulisan di Kain Sprei" ini juga menarik. Saya jadi ingat ketika kecil, bertubuh gemuk dan selalu diledek dengan kata-kata "Gajah Mada" "Si Gendut" "Si Bapuk" dan entah apa lagi. Minder? Iya! Dan bagaimana Chatya menyelesaikan rasa mindernya keren banget :) Dia berhasil mengalahkan perang batinnya dan keberaniannya untuk berbuat sesuatu meski harus kotor sangat saya suka.

Kisah "Siluman Tikus" sempat membuat saya mengerenyitkan kening. Lho? Kenapa ya? Ada apa? Kemudian ketika saya membacanya, ah, tak terasa justru membuat saya menangis. Kita memang kerap menuduh dan menilai orang tanpa pernah memberanikan diri untuk sekadar bertanya mengapa. Pikiran buruk justru hanya akan berakhir tak enak. Beruntung Ali menyelamatkan semua praduga hanya dengan bekal berani kotor. Benar-benar seperti drama!

Yuni dalam kisah "Tak Jadi" benar-benar menjadi penyelamat pernikahan kedua orangtuanya yang sudah telanjur emosi. Cemburu menjadikan seseorang gelap mata. Kekhilafan pun harus dibarengi dengan tindakan nyata untuk berubah.Yuni langsung nyebur mencari cincin kawin dan tak peduli kotor itu yang akhirnya menyelamatkan keluarga.

Bakat Nisa menjadi "Koki Cilik" sudah difasilitasi dengan tepat oleh Ibunya. berani kotor di dapur? Pastinya seru dan menghasilkan makanan enak, ya? Baca kisah ini membuat saya ngiler. Belajar masak dan bisnis dari kecil? Seru banget deh pastinya!

Di antara banyak kisah dalam buku ini, ada satu yang mengusik perhatian saya, yaitu dalam kisah "Harta Sebenarnya" ketika di akhir cerita, sang Kakek berkata, "Kalian tertipu, sandal Kakek tidak tertinggal di lumpur." Ini pemilihan kata yang kurang sesuai, menurut saya, meski nilai hikmahnya bagus sekali.

"Batik Kreasi Ivan" membuat saya terperangah. Banyak ide brilian muncul tanpa pernah bisa kita duga. Pola batik dari tanah yang kotor dan memenangkan perlombaan? Sungguh, hal sederhana seperti ini yang jarang sekali terpikirkan mampu memberi inspirasi bagi orang lain.

"Kaki (Harus) Kotor" membuat saya tersenyum. Terlalu protektif terhadap anak memang tak selamanya baik, ya? Jika hingga usia 2 tahun belum bisa berjalan hanya karena takut kakinya kotor, tentu menyebabkan Nur menjadi terlambat berkembang. Untunglah sang Nenek justru membuat Nur kotor dan hasilnya Nur bisa belajar berjalan! Kisahnya manis :)

Kehidupan yang serba sulit dan keras menjadikan Acon seorang "Penangkap Ikan Cupang" yang belajar tangguh sejak kecil. Tidak peduli apa kata orang dan kadang dimarahi justru malah berani kotor demi bisa membantu meringankan beban Ibunya. Ah, lagi-lagi saya terharu. :')

"Agi Tidak Pelit". Ya, anak lelaki yang yang senang berhemat itu sebenarnya anak yang baik dan justru memiliki tingkat kepedulian sosial yang tinggi. Siapa yang tak bangga memiliki anak seperti Agi?

Jika "Demi Sekantong Beras", Radya mau dan berani kotor bersama temannya Adi, pastilah karena sifat dermawan dan berjiwa sosial tinggi yang dimilikinya. Belajar berjualan dengan berusaha semaksimal mungkin memberi kepuasan batin tersendiri, ya?

Aaaaahh... Masih banyak cerita seru dan indah dalam buku ini! Gak bakalan nyesel bacanya dan yang pasti, bisa mengubah sudut pandang kita tentang sesuatu yang kotor. Menarik. Jadi, buku Cerita di Balik Noda dan Berani Kotor Itu Baik sungguh menginspirasi. Bagaimana dengan Anda? Sudahkah menemukan apa yang menggugah hari ini? Cek juga yuk di sini, apa yang bisa Anda temukan di sana!

Sudah ya, saya mau bermain hujan bersama kedua anak saya sambil menemani mereka bermain tanah. Imajinasi mereka berkembang saat berada di halaman yang diguyur hujan deras. Setelah itu, segelas teh hangat akan membuat kami nyaman. Yuk, ah!

0 komentar: