Friday, January 10, 2003

Kekasihku, Cintaku, Sayangku (Panggilan Dewi Pradnya Paramitha)

Kekasihku...
Setiap kubuka lembaran baru di kala mentari masih menguap dan meregangkan ototnya
Aku hanya tersenyum. "Selamat pagi, sejarah baru!"
Melompat menuju kamar mandi, membasuh seluruh raga agar telepas dari dosa. Dingin. Segar.
Kututup rapi dengan kafan (toh nantinya aku mati dengan kain putih, bukan?) agar tiada auratku terlihat oleh yang lain kecuali Kekasihku.
Ia pun bersiap mendengarkan bibir basahku berucap sebuah pengharapan.

Cintaku...
Peluh membasahi bumi. Nanar dan kunang-kunang menutupi penglihatan. Penat. Panas.
Lelah menyapa jiwa. Ingin rasanya bersandar di bahu-Mu. Merasakan hangatnya sentuhan-Mu.
Demi perut-perut perlu nasi, demi tubuh-tubuh perlu gizi. Sekeping rupiah kuraih.
Berbisik pada-Mu, "Nikmatnya keringat hari ini."

Sayangku...
Pernah aku lupa menyapa-Mu. Aku terlalu sibuk menghitung hari. Aku terlalu egois untuk mengadu pada-Mu.
Padahal aku butuh. Sebenarnya aku perlu.
Aku terlena oleh rayuan gombal setan.
Aku lalai. Aku lengah.
Sungguh aku lupa bahwa Kau begitu Pencemburu. Kau tak mau diduakan.

Wahai pemilik jiwaku.
Wahai pemilik ragaku.
Adakah yang bisa kuberikan pada-Mu agar aku bisa mendapatkan kembali diri-Mu?
Aku ingin kembali bersama-Mu.
Aku ingin lagi dicintai oleh-Mu.
Aku ingin merasa lagi pelukan, ciuman, belaian, pun bisikan nan mesra yang dulu pernah kurasa...

Beri aku setetes (bila tak mungkin segelas) cinta kasih sayang dari-Mu agar aku tak lagi dahaga...

Jan 03
(Pengharapan tak kunjung lekang oleh waktu)

0 komentar: