Tuesday, September 23, 2008

Waktu Telah Mendewasakanku (Sebuah Renungan I'tikaf)

Mencintai karena Allah
Membenci karena Allah
Kedua hal itu aku pelajari di bengkel akhlak DT ketika aku merasa berada di titik nol. (By the way, mas TS Pinang mana yaaaa....^_^)

Sudah lama aku bergaul dalam dunia maya dan kutahu dunia maya selalu manis di awal. Bagaimana cara kita mempertahankan rasa manis itu, bagiku semua tergantung pada satu hal: skenario Allah.

Aku bukan tipe orang yang sok jaim. Aku selalu tampil apa adanya. Sepuluh tahun wara wiri di internet dan tujuh tahun memiliki online diary membuatku memiliki banyak teman yang beraneka ragam. (Contoh kasus, ada seseorang di pulau Sumatera, yang kukenal sebagai pribadi yang santai, kini berubah menjadi ketus. Hm, memiliki anak malah membuatnya tegang ^_^)

Setiap ada masalah, dengan siapapun, aku selalu berusaha tabayyun/klarifikasi. Sekuat tenaga hingga aku puas akan satu hal: membuktikan aku yang salah atau bukan. Tetapi jika ada pihak yang tidak mau tabayyun, hingga matipun aku akan tetap beranggapan bahwa aku tak bersalah. Egois? Mungkin. Tetapi aku juga lelah untuk memikirkan kesalahan yang mungkin tidak pernah aku buat. Aku mencoba berprasangka baik pada semua orang. Setiap pribadi.

Setiap peristiwa bagiku memberikan hikmah tersendiri. Allah mengujiku dengan segala cobaan khas yang menuntutku untuk semakin mendekat padaNya. Ia ingin menunjukkan bahwa hanya Dialah satu-satunya Penolongku. Satu-satunya Cintaku. Satu-satunya Harapanku. Dia tak pernah segan menegurku secara langsung apabila aku lengah dari cintaNya.

Allah memperlihatkan padaku dunia baru bukan untuk kuhinggapi, tetapi hanya untuk kulihat sebentar lalu segera berlalu. Tetapi ternyata aku larut dalam dunia baru yang penuh warna ceria namun semu. Oh, Allah... Jika saja bukan karena cintaMu, tentu aku tak akan pernah selamat. Tak akan pernah kurasa syahdunya Ramadhan kali ini dengan segala kepasrahanku.

CintaMu dalam hatiku, memenuhinya begitu... Selalu...
Aku yang dhoif, Allah... Hanya hambaMu yang hina, tak pantas meminta lebih dari apa yang pantas aku syukuri...

Tak peduli walau seluruh makhluk di muka bumi ini meninggalkanku, asalkan Engkau tetap mengijinkanku berada dalam naungan cintaMu...

Selamanya, Rabb... Hingga Engkau memintaku kembali padaMu setelah Kau nyatakan aku selesai mengemban tugasku sebagai hambaMu di dunia ini...

=========Taqobballahu minna wa minkum, taqobbal yaa Kariim...
Shiyamana wa shiyamakum...
Minal aidin wal faidzin... 1 Syawal 1429H==========


(jazaakumullah khaiiran katsiira untuk para ikhwan fillah: Ipot, Panji, mas Koko, teh Rien, Tami, mas Danny, mbak Asma, mbak Sita, dan yang tidak bisa disebutkan satu persatu...)
(terima kasih banyak kepada: mbak Evie, mbak Ani, Sary, Novee, Deazy, Anang, mas Pram, Caese, Fitri Nay, ayah Andi, dan yang tidak bisa disebutkan satu persatu...)

12 komentar:

ipam nugroho said...

ramadhan satu minggu ini akan berlalu, mudah2an kita menjadi manusia yg bersih dari noda..Insya Allah

Sinopi said...

wah.. udah mulei ma'ap2an kah..?
kan masih sminggu lg tho..? jgn buru2 kelar ah, masa Ramadhan nya cepet amrik, mo buru2 Syawal ajah..
Kalo gituh bole minta ketupat nya duluan juga..?
Mau-mau-mauuu..

Anonymous said...

Semoga Allah selalu menambahkan kadar keimanan kita, sehingga kita akan lebih mengerti apa arti hidup di dunia sesungguhnya.

geka said...

Tiada kata se-indah Zikir.
Tiada bulan se-indah Ramadhan yang telah lewat
Mohon maaf untuk lisan yang tak terjaga,
janji yang terabaikan
hati yang berprasangka dan
semua sikap yang pernah menyakitkan

Selamat Idul Fitri 1 Syawal 1429 H
Maaf lahir dan batin
Minal aidin wal faizin.

Eucalyptus said...

Mohon maaf lahir bathin ya say, klo ada kata2 atau ucapan yg gak disengaja membekas di hati.
Selamat Idul Fitri 1429, semoga Allah selalu meridhoi kita. Amin

Anonymous said...

jadi nget ketika ketimpa masalah yang (menurutku) super hebat. tak ada yang bis amembantu selain Allah.

Memang, Allah-lah yang terbaik, yang terhebat dan satu lagi.. Allah itu Maha Keren.

Anonymous said...

subhanallah... sebuah perenungan yg menyejukan hati bagi siapa yg memaknainya, akan sebuah kehidupan..
maaf lahir bathin juga sobat

Anonymous said...

Ternyata kita memerlukan kesabaran yang tiada batas untuk mengarungi hidup ini, bener begitu kan An. Hanya satu tempat kita mengadu, hanya DIA.
Maaf lahir batin juga ya say !

Anonymous said...

Terimakasih infonya nih...
Blog ini memeang luar biasa

Salam kenal dari: Ruby

Yolla Elwyn said...

Mohon Maaf Lahir Bathin Ya Mbak yang maniez..:)
Selamat Idul Fitri 1429H...

ipam nugroho said...

tiba saatnya bagi kita menjerit memohon ampunanNya

Anonymous said...

Mbak..... Taqabalallahu Minna wa Minkum waja’alna Minal’aidzin wal faizin. Mohon maaf Lahir & Bathin