Kawan, mari sejenak kubagi kisah dari masa lalu... Duduklah disampingku dan dengarlah naynyian lirih yang bercerita tentang segenggam duka...
Kala itu kuingat usiaku belum lagi beranjak remaja. Namun lingkunganku yang dipenuhi oleh celoteh dan tingkah dewasa, membuatku mengerti dunia mereka. Pun tentang seseorang yang kutahu usianya tak beda denganku namun gayanya yang sok dewasa selalu membodohiku. Tak mengapa, aku memang masih naif...
Suatu ketika, ketika ada getaran cinta di dadanya terhadap seorang senior di kompleks sekolah kami, aku tersenyum simpul namun kecut. Oh, duhai merpati dalam hatiku... Senior yang sama yang membuat riak-riak dalam danau hatiku...
Hingga kemudian kubuat suatu sensasi yang membakar jiwa dan gelora asmara gadis itu, kukatakan pada dunia bahwa sang arjuna telah menjadi milikku. Oh, andai saja memang benar demikian... Merahlah pipi gadis itu. Meledaklah seluruh amarah dalam hatinya... Aku tak bergeming. Itu hanya sensasi toh? Tak ada ruginya bagiku...
Rupanya, amarahnya tak sekedar dilampiaskan di hadapanku... Ia sebarkan ke seluruh dunia bahwa aku telah merebut arjunanya dan menyebutku laksana guci yang pecah dan tak bernilai lagi... Aku terdiam dan menanggapnya angin lalu... Kekuatan dan dukungan yang tulus para sahabat tercinta meneguhkan hatiku....
Berbilang tahun... hampir dua dasawarsa kemudian... Kisah itu kembali hadir dengan nuansa dan cara yang berbeda... Namun cukup untuk menggetarkan dan menggoyahkan hatiku... Menggoda syeitan untuk membuat sisi burukku mencuat ke permukaan...
Seseorang, dengan keanggunan dan kecantikan yang kupikir murni... Membuatku jatuh sayang padanya... Kuanggap dia adikku yang lama hilang... Hingga suatu hari ia membuatku menangis semalaman... Memikirkan dengan gundah, salah apakah yang sudah kubuat? Luka apakah yang sudah kutoreh pada hatinya? Semakin kucari jawab itu, semakin tak kutemukan... Hingga kubuat suatu kesimpulan meyedihkan... Dia memang tak lagi ingin menjadi adikku yang hilang...
Oh pilunya... Bahkan dia tak lagi menoleh padaku, tak lagi peduli pada senyum tulusku... Lebih dari itu, tak pernah memaafkanku meski berulang kuketuk pintu hatinya. Tak akan... Tak akan pernah kulakukan lagi... Mengemis sekeping maaf untuk sebentuk salah yang tak pernah kulakukan...
Kusapu dan kubersihkan serpihan kaca-kaca cermin yang retak di jendela hatiku... Kubalut dengan cinta yang tersisa dan doa yang ikhlas... Untuk kuletakkan di gudang dan membiarkannya tertimbun dengan noda-noda lain yang sudah pula terkubur...
Itulah kawan kisahku senja ini... Hanya untuk berbagi tak untuk disimpan lebih lama. Hanya saja, saat ini ketika kuteringat akan kisah pilu ini, gundahku cukup untuk membuatku lemah sesaat. Tetapi esok, ketika fajar menyingsing... Lihatlah, aku kembali dengan senyum sehangat mentari pagi...
Tuesday, July 29, 2008
Kisah Cermin Retak Itu...
Diposting oleh andiana di 7/29/2008 04:27:00 PM
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
5 komentar:
eh..? ini yg terakhir ttg sapa sih..?
pilu amrik tampaknyah..
tp kl yg pertama sih lha itu elo nya sih yg jail.. org lg jatcin berat dibegonoin ya gitu deh.. hehe
Hore.... yang pertama. *sambil.clingak.clinguk* nyari kawan buat comment. :D
Uuuhhhmmmm.... jadi ceritanya cinta bertepuk sebelah kaki neh... (eh salah, maksudnya tangan)
yang sabar aja ya..sabar itu subur klo subur pasti banyak yang datang..alah..ngomong opo to yo
sabar aja.... kalo merasa tidak bersalah kenapa harus sedih... manusia bukan tempat kita berharap banya... Allah-lah satu-satunya tempat berharap dan tak mengecawakan hamba-hambanya.
salam kenal.....
ihik.ihk..ihkk..ikut sedih...tapi syukurlah ahirnya toh bisa senyum....
Post a Comment