Wednesday, May 26, 2004

PAK TUA

Jalan tertatih menapaki hidup penuh kerikil
Pundak kian ringkih menahan beban derita
Raga melemah rentan lewati detik demi detik
Nafas memburu seiring memendeknya jatah usia
Sinar mata meredup di tengah pancaran surya

Mungkin ia tak merasa semua yang kuduga
Tak pernah peduli desah gelisah sekitarnya
Ia terus berjalan tanpa pernah tahu sakit yang kurasa
Pun tak peduli debaran di dada menahan luka masa lalu

Wajah penuh tanda kehidupan belum hilang dari ingatanku...
Setiap hari
Sosok yang selalu kurindu dalam tangis
Hadir dalam kelamnya masa laluku... Nyata!

Setidaknya... Kekeringan oase jiwaku terobati....

Dedicated: My beloved Father

Thanks to: The old man who always walks in front of me everyday...

0 komentar: